Berita basket - Pemain New York Knicks, Derrick Rose, memberikan kesaksiannya di persidangan, Jumat (7/10), seputar tuntutan pemerkosaan secara beramai-ramai yang dilayangkan mantan kekasihnya. Peristiwa itu sendiri terjadi dua tahun lalu, tepatnya pada 27 Agustus 2013.
Rose dan kedua temannya, Ryan Allen dan Randall Hampton, membantah tuduhan itu. Mereka mengklaim sang wanita bersedia melakukan hubungan seks dengan mereka secara sukarela.
Rose dipanggil untuk memberikan kesaksian oleh pengacara yang mewakil “Jane Doe”. Di hadapan panel juri, Rose mengatakan bahwa dia mengartikan SMS-SMS dari eks kekasihnya sebagai “lampu hijau” untuk berhubungan seks dengannya pada malam itu.
Rose mengungkapkan dirinya telah berpisah dengan sang wanita tersebut selama berbulan-bulan, sebelum satu pagi sang mantan kekasih mengirimkan SMS yang isinya sangat vulgar. Lalu, dia mengundang si wanita untuk datang ke rumahnya malam itu untuk minum-minum dan mengira akan melibatkan hubungan seks.
Pengacara penggugat, Waukeen McCoy, lalu bertanya kepada Rose apakah dia mengirimkan SMS yang spesifik mengatakan dirinya menginginkan seks dengan kliennya. Rose mejawab, “Tidak”.
McCoy kemudian menyatakan bahwa Rose tak punya penyesalan atas apa yang terjadi malam itu. “Saya sensitif dengan (kejadian) itu,” Rose menjawab, seraya menambahkan, “Saya merasa saya tidak melakukan sesuatu yang salah.”
Rose mengatakan si wanita datang ke kediamannya di Beverly Hills malam itu, menegak segelas tequila, dan mulai bersikap agresif secara seksual kepadanya. Rose menolak meladeni si wanita, sebelum salah satu teman Rose membawa si wanita keluar ruangan.
Rose kemudian berjalan keluar dan melihat temannya itu melakukan hubungan intim dengan si wanita. Eks kekasihnya itu malah menarik Rose untuk bergabung bersama mereka. Rise mengaku kembali ke kamarnya tak lama setelahnya.
Sebelumnya pada Jumat, sang wanita menjalani pemeriksaan silang oleh pengacara Rose, Mark Baute, yang menilainya hanya ingin mendapatkan uang dari kasus ini. “Saya tidak ingin menyakiti (Rose), saya ingin dia bertanggung jawab,” tandas si wanita, menolak tuduhan sang pengacara.
Pengacara Rose kemudian menekan si wanita untuk menjelaskan mengapa tuntutannya meminta ganti rugi 21,5 juta dolar (sekitar Rp 278 miliar). Dia menjawab kalau dirinya mengangkat isu ganti rugi tersebut guna memancing respons dari Rose.
Pengacara Rose lalu mengetengahkan SMS-SMS si wanita kepada salah satu temannya saat dia menganggur. “Saya perlu pria yang sangat kaya. Kita harus segera mencari pria itu,” bunyi SMS itu. Dalam SMS lainnya kepada teman sekamarnya, dia berkata mereka bisa meng-“upgrade” TV mereka setelah dia melayangkan tuntutan hukum itu.
Kurang ingatnya si wanita perihal kejadian tersebut dan kesaksian yang kadang berbeda dengan yang dikatakan pengacaranya, membuatnya rentan diserang dalam pemeriksaan silang.
Dengan suara yang kadang tak terdengar oleh para pengacara dan juri, si wanita mengaku, setelah berkunjung ke kediaman Rose, dirinya berada dalam keadaan mabuk dan terasa seperti dicekoki narkoba.
Namun dalam pemeriksaan silang itu, si wanta mengaku tidak melihat adanya narkoba, tidak melakukan pemeriksaan pemerkosaan, serta tak melakukan tes kehamilan atau penyakit yang ditularkan melalui seks.
ADS HERE !!!